@siareef

11 November 2012

Hujan


Separuh  hari tidak keluar rumah, begitu membuka pintu, menyeruak masuk aroma tanah karena hujan.   Hmmm, segar dan saya suka. Segera saya membuka pintu dan jendela lebar-lebar.

Pada dasarnya saya suka hujan, jadi suka juga dengan efek yang ditimbulkan. 
Saya suka hujan tapi tidak berpaket macet. Saya suka gerimis tapi tidak berbuah tangis.

Efek yang timbul selepas hujan, seperti aroma tanah segar, udara sejuk, bahkan tercipta indahnya bianglala. Tumbuhan pun menari bahagia  mendapat ekstra asupan air, bagi bumi sebagai  penghalau kekeringan.

Pun  gerimis. Menimbulkan efek romantis. Gemericiknya serupa alunan melodi alam yang fantastik. Sangat menarik di telinga. Kalau banjir dan  macet itu lain soal, karena penyebabnya manusia, bukan hujan,

Seperti hari ini, sambut Sabtu kedua  November bersama tetesan air langit bahagia. Segera beranjak dari tempat tidur, melempar selimut, lantas membuka jendela dan bergegas ke teras. Indah.
Lewat balkon, dengan kaki & mata telanjang, takjub menyaksikan perubahan langit dari benderang berangsur melegam. 

Di atas sana, sepasukan air memasang kuda-kuda  untuk  menyerbu bumi. Sang Ratu Petir berseru, lantas begeraklah mereka secara  serentak yang  membuat bumi berteriak. Kemudian tanpa kilat hujan lewat sekelebat.

Air langit berjatuhan tak kenal kompromi tanpa hiraukan kesiapan tuan Bumi. 

Tunggu, bumi? Benarkah?
Bumi sangat siap denagn keadaan ini. Kita, manusia yang terlanjur terbentur keadaan.  

Yang selalu melempar alasan. Tidak mengenal kesiapan

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.