@siareef

10 October 2012

Kita

Tentu saja tak persis sama. Sudut pandang kita saja berbeda. 

Bukan berarti kita tidak bisa bersama. Karena 'berbeda' adalah satu kata pemersatu kita.

Satu hari, luangkan waktu berdiri pada satu pijakan. Tanggalkan ego, satukan pandang pada satu sudut bersamaan.

Segala yang terlihat, itulah kita.  
Bukan aku, bukan kamu. Bukankah ego sudah meluruh. 
Melebur saling berbaur. 
Aku separuh, kamu separuh. Utuh.

08 October 2012

Bertandang ke Pulau Pramuka


Menjejak Pulau Pramuka dengan Pose
Lewat obrolan singkat dengan beberapa sahabat, jadilah kita berangkat menuju ke Pulau Pramuka, salah satu pulau kecil bagian dari gugusan Kepulauan Seribu. Bukan tanpa alasan menjadikan Pulau Pramuka sebagai destinasi. 

Alasan utama adalah waktu, mencari waktu yang pas sebagai pekerja dengan profesi berbeda bukan perkara mudah. Yang ke dua adalah budget, untuk saat ini hanya memungkinkan melakukan perjalanan jarak dekat. Yang penting semua nyaman, semua senang.


Sabtu pagi, 6 Oktober 2012.
@fitwa88  @faisalperdana  @dinar_menik @chyntiapangkey @salz_ong @samuel_gani @siareef @icallicious  Irvin & Wahyu

Meeting point di Muara Angke. Saya dan 9 kawan bertemu di pom bensin, tempat paling kondusif untuk berkumpul. Selain rombongan kami, ternyata sudah ada ratusan manusia, rata-rata berusia muda atau lebih ke arah mahasiswa,  yang berfikiran sama untuk menghabiskan akhir pekan ke Kepulauan Seribu. 

Tiga puluh menit menunggu, akhirnya niat untuk melihat Jakarta dari sisi berbeda akan terlaksana juga. Kami bergegas menuju kapal yang telah siap untuk tinggal landas melaut.. Tanggalkan hiruk pikuk, lantas bertekuk lutut pada laut dengan  pesona yang menggoda

On Board with @dinar_menik @faisalperdana
Oya, kapal motor ini merupakan angkutan penumpang khusus Muara Angke - Kepulauan Seribu berkapasitas 200 orang yang terbagi menjadi 3 deck untuk penumpang. Deck berupa bangsal tanpa bangku, penumpang saling tumpang tindih beralas karpet alakadarnya. Beragam karakter, tapi  perlakuan sama, tak ada beda. Disinyalir kurang lebih akan terombang-ambing di atas lautan 2,5 jam, tapi dengan kondisi kapal yang melebihi kapasitas maksimum, bisa memakan waktu hingga 3 jam. Overweight !


Pulau Pramuka
Voila ! Sebaris kata : "Selamat Datang di Pulau Pramuka" segera terbaca saat kapal yang kami tumpangi mendarat perlahan menuju daratan. Kaki-kaki kami berebut menjejak tanah seolah tak sabar merasakan sambut hangat penghuni pulau. 


Kurang lebih 100 meter dari pantai kami tiba di penginapan. Kami menginap di satu rumah, yang terdiri dari 2 lantai dan beberapa kamar. Sangat luas dan nyaman dengan  fasilitas  TV  dan kamar mandi yang ada di masing-masing lantai, lemari es, dan kitchen.


Tak perlu menunggu lama untuk sekedar menaruh barang. Dengan beberapa persiapan, setelah makan siang kami segera menuju lautan. Yuhuuuuu, petualanganpun di mulai !!!

Snorkeling Seru
Kami berlayar sekitar 30 menit menuju spot snorkeling. Lumayan mengasyikan. Yang paling menyenangkan adalah kebersamaan dengan mereka, karena ini kali pertama melakukan aktivitas snorkeling bersama. Kalau untuk view, masih tertinggal jauh bila dibandingkan dengan beberapa spot yang pernah terkunjungi seperti Benoa, Gili Trawangan atau Karimun Jawa.

Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, bukan sekedar pepatah. Kami mematahkan itu semua. Dalam sehari mengunjungi beberapa spot yg menarik. Selain pesona Pulau Pramuka, 2 spot snorkeling yang amazing, kapal nelayan menuntun kami bertandang ke pulau Semak Daun.



Pulau Semak Daun
Pulau Semak Daun, pulau terkecil dari semua pulau-pulau yang membentuk Kepulauan Seribu. Pulau ini belum ada instalasi listrik sehingga aktivitas yang dilakukan tidak begitu banyak. Ketika kami tiba, hanya ada beberapa regu Pramuka yang sedang berkegiatan. Bila ada pengunjung lain pun, hanya bermain di pantai yang tampak tak berombak dan dangkal. Di sini, kami hanya makan mie instan, minum es kelapa, dan minum kopi saja. Selebihnya menyaksikan malam yang berangsur membunuh senja, serta mengambil beberapa gambar. Ya, lagi lagi gambar. Karena apabila hanya tersimpan dalam memori kepala, lambat laun akan terhapus seiring usia yang menua.

Beranjak malam, kami bertolak dari Semak Daun.  Bersama lelah, kami menaiki kapal nelayan menuju penginapan. Berada di tengah lautan lepas pada malam hari itu punya sensasi berbeda. Bila pada siang hari bermandikan cahaya Matahari, saat malam rasakan jutaan gemerlap Bintang yang terasa sekali di atas kepala. Indah. Tak henti ucap syukur atas indahnya dunia.


Bergerak dalam gelap. Tanpa cahaya, hanya bergantung pada alam dan pijar lampu di daratan. Dan tentu saja insting sang nelayan. Bergerak dalam diam. Entah, sudah habis bahan obrolan atau masing-masing  mencipta percakapan sendirian. Tentu saja antara hati dan masing-masing pikiran

Perlahan tapi pasti kapal nelayan ini membawa kami menyeberangi lautan. Kapan sampai, hanya nelayan yang tahu. Dan tentu saja  Tuhan sang maha tahu. Ah, bagaimanapun Tuhan sang maha pengatur yang tak pernah meleset dalam hal waktu dan kesempatan. Toh, akhirnya kami sampai di daratan.


Minggu, 7 Oktober 2012
Selamat pagi Jakarta. Aku masih ada di dalammu. Namun di sudut terpencil yang mungkin engkau tidak tahu. Ya, Kepulauan Seribu. Pembeda paling mencolok disini, bebas polusi, posisi rumah yang berjejer rapi, dan sepeda sebagai moda transportasi paling mendominasi.

Selama disini, semakin tahu bahwa saya banyak tidak tahu. Tentang navigasi kapal nelayan, tentang arah mata angin di lautan, bahkan jenis ikan. Saya mencicipi beragam varian ikan yang tidak lazim terdengar. Ada ikan buntal, kakatua, kambing-kambing dan kaci-kaci. Untuk rasa, enak banget.

Sayang, kami harus kembali ke kota. Kembali berjibaku dengan urusan kerja, berkutat dengan diktat kuliah, memberesi urusan hati, bertemu polusi, dan berhadapan dengan macet. Rasanya tidak puas hanya semalam. Namun apabila mengikuti keinginan, bukankah seperti menguras air laut yang tak pernah habis. Ingin lagi dan lagi.

03 October 2012

K A M U


Aku percaya sama kamu. Sangat !

Tahukah kamu, keyakinanku terjaga bahwa jutaan kata yang meluncur lewat mulutmu, hatimu yg meramu. Apapun itu. Tak perlu melontar alasan klise berbalut drama itu. Aku sudah tau kemana semuanya tertuju.


Semua terlihat biasa, tampak sempurna. Sempatkah kamu lihat ke rongga. Kita tidak dalam keadaan baik-baik saja. Jasadmu boleh saja kurengkuh utuh. Tidak dengan hatimu yang kian jauh tak tersentuh.


Ini yang kau sebut harmonis?  Sementara berjuta rahasia tersimpan di balik ucapmu yang manis.
Ini yang kau sebut seiring? Bahkan semua polahmu tampak seperti orang asing.
Ini yang kau anggap satu? Tatkala mata, hati dan pikiranmu saling tuding atas ucapmu yang palsu.

Kamu sadar? Untuk saya, polah manismu justru sebuah tamparan.
Kamu paham? Kamu terlihat asing. Kian hari kian lihai berakting.
Kamu tau? Saya rindu kamu yang dulu. Bukan kamu yang berlakon palsu.

Hati merunut kejadian demi kejadian yang terekam tanpa perlu bukti, semua tergambar jelas menurut peranan demi peranan yang telah dilakoni. Seumpama mengedip mata, begitu juga dusta, gampang sekali kamu melakukannya. Toleransi memaafkan sudah saya junjung sedemikian tinggi. Bukan berati kesalahan sama dilakukan berulang kali, lagi dan lagi.

Kasih tahu saya, resep sabar ketika sadar ada banyak kebohongan terbongkar. Bahkan jejak rekam dusta yang termaafkan kemarin belum sepenuhnya pudar.

Kasih tahu saya, solusi atasi lelah hati. Terlampau sepi disini. Otak tak bergerak, nurani enggan berdikusi.


Ingin sekali mengakhiri pertikaian dengan elegan, tanpa tendensi saling menyalahkan. 



Bulatkan tekad, kuatkan niat. Usah menoleh, terus melangkah. 

Cukup menoreh sejarah, bukan kenangan. 


Lupakan. Hembuskan !!