Menjejak Pulau Pramuka dengan Pose |
Alasan utama adalah waktu, mencari waktu yang pas sebagai pekerja dengan profesi berbeda bukan perkara mudah. Yang ke dua adalah budget, untuk saat ini hanya memungkinkan melakukan perjalanan jarak dekat. Yang penting semua nyaman, semua senang.
Sabtu pagi, 6 Oktober 2012.
@fitwa88 @faisalperdana @dinar_menik @chyntiapangkey @salz_ong @samuel_gani @siareef @icallicious Irvin & Wahyu
Meeting point di Muara Angke. Saya dan 9 kawan bertemu di pom bensin, tempat paling kondusif untuk berkumpul. Selain rombongan kami, ternyata sudah ada ratusan manusia, rata-rata berusia muda atau lebih ke arah mahasiswa, yang berfikiran sama untuk menghabiskan akhir pekan ke Kepulauan Seribu.
Tiga puluh menit menunggu, akhirnya niat untuk melihat Jakarta dari sisi berbeda akan terlaksana juga. Kami bergegas menuju kapal yang telah siap untuk tinggal landas melaut.. Tanggalkan hiruk pikuk, lantas bertekuk lutut pada laut dengan pesona yang menggodaMeeting point di Muara Angke. Saya dan 9 kawan bertemu di pom bensin, tempat paling kondusif untuk berkumpul. Selain rombongan kami, ternyata sudah ada ratusan manusia, rata-rata berusia muda atau lebih ke arah mahasiswa, yang berfikiran sama untuk menghabiskan akhir pekan ke Kepulauan Seribu.
On Board with @dinar_menik @faisalperdana |
Pulau Pramuka |
Kurang lebih 100 meter dari pantai kami tiba di penginapan. Kami menginap di satu rumah, yang terdiri dari 2 lantai dan beberapa kamar. Sangat luas dan nyaman dengan fasilitas TV dan kamar mandi yang ada di masing-masing lantai, lemari es, dan kitchen.
Snorkeling Seru |
Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, bukan sekedar pepatah. Kami mematahkan itu semua. Dalam sehari mengunjungi beberapa spot yg menarik. Selain pesona Pulau Pramuka, 2 spot snorkeling yang amazing, kapal nelayan menuntun kami bertandang ke pulau Semak Daun.
Pulau Semak Daun |
Beranjak malam, kami bertolak dari Semak Daun. Bersama lelah, kami menaiki kapal nelayan menuju penginapan. Berada di tengah lautan lepas pada malam hari itu punya sensasi berbeda. Bila pada siang hari bermandikan cahaya Matahari, saat malam rasakan jutaan gemerlap Bintang yang terasa sekali di atas kepala. Indah. Tak henti ucap syukur atas indahnya dunia.
Bergerak dalam gelap. Tanpa cahaya, hanya bergantung pada alam dan pijar lampu di daratan. Dan tentu saja insting sang nelayan. Bergerak dalam diam. Entah, sudah habis bahan obrolan atau masing-masing mencipta percakapan sendirian. Tentu saja antara hati dan masing-masing pikiran
Perlahan tapi pasti kapal nelayan ini membawa kami menyeberangi lautan. Kapan sampai, hanya nelayan yang tahu. Dan tentu saja Tuhan sang maha tahu. Ah, bagaimanapun Tuhan sang maha pengatur yang tak pernah meleset dalam hal waktu dan kesempatan. Toh, akhirnya kami sampai di daratan.
Selamat pagi Jakarta. Aku masih ada di dalammu. Namun di sudut terpencil yang mungkin engkau tidak tahu. Ya, Kepulauan Seribu. Pembeda paling mencolok disini, bebas polusi, posisi rumah yang berjejer rapi, dan sepeda sebagai moda transportasi paling mendominasi.
Selama disini, semakin tahu bahwa saya banyak tidak tahu. Tentang navigasi kapal nelayan, tentang arah mata angin di lautan, bahkan jenis ikan. Saya mencicipi beragam varian ikan yang tidak lazim terdengar. Ada ikan buntal, kakatua, kambing-kambing dan kaci-kaci. Untuk rasa, enak banget.
Sayang, kami harus kembali ke kota. Kembali berjibaku dengan urusan kerja, berkutat dengan diktat kuliah, memberesi urusan hati, bertemu polusi, dan berhadapan dengan macet. Rasanya tidak puas hanya semalam. Namun apabila mengikuti keinginan, bukankah seperti menguras air laut yang tak pernah habis. Ingin lagi dan lagi.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.